Itinerary Norwegia (Winter Trip)

Langsung aja ya. Berikut itinerary perjalanan saya di Norwegia selama 7 hari. Hari pertama hanya setengah hari, hari terakhir gak perlu dihitung karena sepanjang hari di bandara (I’ll explain later). Tapi anehnya, dalam waktu yang sangat singkat itu, saya merasa perjalanan dadakan kali ini cukup efektif sebagai preview perdana untuk merasakan “feel” Norway in a nutshell. Postingan ini akan amat sangat panjang. Brace yourself.

Day 1 (Oslo)

  • Tiba di Bandara Gardermoen Oslo jam 10.45 pagi. Jangan bingung, ada kereta yang bisa membawamu dari airport menuju pusat kota Oslo. Kereta express-nya bernama Flytoget dengan one way ticket seharga NOK 160. Yaa kalo dirupiahin sekitar 320 ribu. Kereta ini butuh waktu 19-22 menit menuju Oslo Central Station. Dari sana, saya jalan kaki geret koper kurang lebih 10 menit menuju hotel.
  • Saya inap di area dekat taman Eidsvolls Plass Park yang kata review-review mah salah satu pusat keramaian kota Oslo. Hari pertama saya habiskan dengan berjalan kaki di sekitar National Museum, Royal Palace, area pusat perbelanjaan Oslo dan ngopi-ngopi di pinggiran lautnya. Semuanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Day 2 (Oslo – Tromso)

  • Paginya saya sempatkan diri untuk main-main di Oslo Opera House. Beruntungnya mengunjungi Oslo saat winter, Oslo Opera House looks amazing covered in snow! Sekitar 2 jam-an saya foto-foto di areanya, terutama di bagian atap. Saya harus naik puluhan anak tangga yang masih banyak tertutup salju atau black ice bahkan. Kalo salju yang masih lembut, malah gpp untuk diinjak, black ice ini licin banget. Pastikan sepatu kita ada taringnya. Rawrr.
  • Dari tempat saya inap, Oslo Opera House ini ditempuh dengan jarak 15-20 menit jalan kaki. Pulangnya saya sempatin dulu untuk mampir di coffee house sekalian toilet break. Penting lah ya ngakalin kandung kemih kita ketika winter trip. Biar efisien, anggaplah ngopi-ngopi ato secangkir coklat panas bagian dari itinerary.
  • Jam 1 siang saya cek out dari hotel menuju Oslo Central Station. Beli tiket Flytoget menuju Gardermoen Airport menuju.. Tromso!
  • Sampe Tromso sekitar jam 17.20. Butuh waktu direct flight 1 jam 50 menit dari Oslo ke Tromso. Bandara Tromso tuh gak gede, siapkan jaket tebal ketika turun pesawat karena bisa aja kamu kayak saya saat itu, turun pesawat menuju bis sudah disambut salju dan angin yang kuat, menuju arrival terminal.
  • Sebetulnya dari Bandara Tromso menuju pusat kota ada pilihan transportasi bis juga. Tapi karena saya liat gugel map jarak tempuh taxi dari bandara menuju pusat kota cuma 9-10 menit, ya sudah lah.
  • Saya pilih hotel bersebrangan dengan Arctic Chatedral. Dipisahkan jembatan Tromso maksudnya dengan jarak tempuh jalan kaki 20 menit. Sengaja lagi saya pilih hotel di area turistik biar gak pikir panjang lebar. Malam itu saya habiskan untuk berkeliling gak jauh-jauh dari hotel sekalian makan malam sambil gugling-gugling bisa ngapain aja di Tromso.

Day 3 (Tromso)

  • Hari ke-3 saya putuskan untuk coba Reindeer Sled. Ada beberapa cara beli paket tour di Tromso: online, di hotel dan tourist information center. Bandingkan aja harganya kalo memang kamu belum beli online, cari aja yang paling murah dan lokasi penjemputan paling cocok dari tempatmu inap.
  • Dijemput di hotel jam 9 pagi dengan sebuah bis, saya manfaatkan dulu beberapa jam sebelumnya untuk keliling pagi-pagi sekitaran hotel, lalu breakfast. Tips: karena segalanya mahal di Norway, ambil aja pisang ato buah lainnya serta kue ato roti buat bekal di perjalanan ato taro di kamarmu untuk ngemil nantinya. Bahasan untuk duit-duitan, nanti ya.

NBlog5

  • Reindeer Sledding adalah aktivitas di mana kita bisa kasih makan rusa-rusa dan fata foto cantik dan ganteng bersama rusa kesayanganmu, untuk kemudian lanjut tur keliling daerah sekitar dengan menaiki sejenis kereta luncur yang ditarik oleh beberapa rusa. Gak kok gak kenceng. Pelan banget malah. Berasa penganten diarak gitu. Semoga dirimu lebih beruntung karena saat itu cuaca kurang asik. Hujan salju turun disertai angin, sepanjang perjalanan, kerjaan saya cuma sibuk tutup muka dan doa-doa
  • Selesainya, rombongan dibawa ke sebuah tenda untuk makan siang. Ada dua pilihan, menu vegetarian ato makan sup daging rusa. Untuk yang gak suka kambing ato pun domba, saya sarankan untuk pilih menu vegetarian aja lah. Karena daging rusa itu mirip domba after taste-nya.
  • Sambil makan, kita dikasih cerita tentang Sami Culture. Gimana mereka bisa bertahan hidup di suhu -52 derajat sampe dikasih liat performa budaya nyanyi tanpa alat musiknya. Buat yang penasaran kayak gimana, monggo mampir IG Socialjunkee, lalu mampir ke story highlights: Reindeer Sled.
  • Setelah diantar pulang ke hotel, gak mau rugi lah saya, pingin jalan-jalan sekitar Tromso lagi untuk foto-foto. Sorenya saya sempatkan muter gak beraturan dengan niat ke arah jembatan Tromso. Rupanya kawan-kawan, di tengah jalan, hujan salju disertai angin lagi. Dalam kondisi itu, everything went grey, tapi entahlah kerasukan setan yang bernama Gakh Maw Rughi kali ya.. saya teguhkan fisik dan psikis menembus bahkan trotoar-trotoarnya yang dipenuhi salju tebal. Brooo.. berat banget jalan di kondisi kayak gitu. Ku merasa jihad.

Day 4 (Tromso)

  • Malam sebelumnya saya sempatkan dulu untuk beli online Dog Sledding. Aktivitas di mana kita akan diajak ke lokasi Alaskan Huskies dipelihara.

NBlog8

  • Oh iya, di hari ketiga, sambil jalan-jalan, saya sempat beli Northern Lights tour. Ya iya lah. Ini lah alasan orang mau jauh-jauh mendekati Arctic dan susah-susah di tengah badai salju.
  • OK, jadi ada dua hal mengenai Northern Lights tour di Tromso, kamu bisa ikut rombongan bis gede ataupun bisa ikut rombongan minivan kecil dengan kapasitas maksimum 12-14 orang. If I were you, I’d take the small group. Seharusnya sedikit lebih mahal, tapi saya beruntung malah dapet yang lebih murah di hotel sebelah. Kata mbak resepsionisnya, “biasanya akoh mah gag maw jual ke tamu hotel lain, mz”.. dengan logat American English. Well I guess I was lucky.
  • Jam 7.30 malam, small group berangkat dari miting point di belakang Tourist Visitor Center. Di awal, tour guide sekaligus driver memperkenalkan diri dan ngasih tau petuah penting dalam pencarian Northern Lights: (siaul saya lupa, bentar buka contekan dulu). Ah iya.. Positivity, Patient and Luck. Sepertinya dia ngasih tau begitu biar aman dari ditimpuk salju ato tomat sama peserta kalo gak nemu aurora kali ya. Ditekankan banget kalo wisata aurora ini ya tergantung alam. Gak ada hal yang pasti walaupun metode pencarian mereka udah mayan scientific sih. Ramalan cuaca, posisi bintang-bintang dan sebagainya.
  • Guess what.. I was lucky! Di spot pertama, yang cuma 15-20 menit dari kota, kita udah dapet penampakan. Rupanya kamera hape kita bahkan bisa liat aurora lebih jelas dibandingkan mata loh. Jadi saat perburuan itu, kamera hape bisa juga dijadiin tool untuk menangkap aktivitas aurora. Saran saya: siapin pakaian hangat dari atas sampe bawah. Jangan sok kuat, serius! Jangan lupa juga bawa tripod, kecuali kamu mau sewa sebesar 100 NOK. Jangan lupa juga bawa kamera yang bisa setting manual. OK meskipun kalo kamu gak bawa kamera, tour guide akan motoin kamu dengan salah satu background alam terindah yang pernah ada di bumi.

NBlog9

  • Jam 11 malam, rombongan memutuskan untuk udahan. Beberapa merasa sudah terpuaskan dan tidak tahan dingin. Saya pun agak lega sama keputusan itu karena baru nyadar udah menahan kencing selama 2 jam.

Day 5 (Tromso – Bergen)

  • Merasa misi sudah terpenuhi di Tromso, saya putuskan untuk ke Bergen. Kota kedua terbesar di Norway setelah Oslo. Pesawat saya jam 10.35 pagi menuju Bergen, dengan jarak tempuh 2 jam 25 menit direct flight. Tiba di Bergen jam 1 siang.
  • Tapi paginya, saya sempatkan dulu kurang lebih 1.5 jam untuk jalan kaki bulak balik menuju Arctic Cathedral. Gereja yang selesai dibangun tahun 1965 ini dijuluki the Opera House of Norway karena mirip-mirip Opera House di Sydney. It was lovely walk on the Tromso Bridge, it would be a sin if I didn’t recommend this “little” walk to you. Di atas jembatan, kita akan liat keindahan kota Tromso dari ketinggian kurang lebih (mmm) lumayan tinggi (gak inget lah berapa meter).
  • Ada beberapa metode menuju city center dari Bergen Airport: taxi, flybussen dan juga kereta. I strongly suggest you to take Flybussen. Bisnya nyaman banget, bisa dibeli di mesin atopun sedikit lebih mahal beli di atas bis. Siapkan duit ya kalo beli di bis, karena kadang suka error untuk pembayaran dengan kartu. Perjalanan dari BGO menuju city center sekitar 20 menit dengan Flybussen. Kereta akan lebih lama sekitar 2x lipat waktu tempuhnya karena banyak pemberhentian.
  • Bergen.. ah.. city center-nya cantik sekali. Area di tepian Bergen Wharf udah the best area to stay lah. Bangunan di sekitar banyak dari kayu-kayu dengan arsitektur khasnya. Saya gak bisa bilang arsitektur di kota Bergen adalah khas Norway karena kota ini dulunya jadi pusat perdagangan. Mulai dari pedagang turki sampe Jerman. Jadi banyak budaya yang mempengaruhi arsitektur kota ini.
  • Hari pertama saya manfaatkan untuk keliling sejauh-jauhnya kaki melangkah. Tapi sebelumnya sudah saya sempatkan untuk beli half day Fjord Cruise untuk keesokan harinya. Sebetulnya bisa aja saya naik kereta wisata dekat hotel, naik ke atas dengan angle yang cukup curam. Tapi katanya sangat menarik. Cuma sayangnya cuacanya agak mendung gerimis kecil beberapa waktu kemudian. Jadi saya batalkan niat untuk nyobain itu. Another time, Sya.. another time (finger crossed).
  • Karena saya pilih untuk tinggal di apartemen, malamnya saya sibukkan diri untuk menikmati Indomie saja lah. Jaga-jaga badan juga biar gak terlalu diporsir karena perjalanan eropa kali ini masih cukup panjang.

Day 6 (Bregen)

  • Half day Fjord Cruise dimulai jam 9.30 pagi. Naik perahu, sekali lagi.. masih di area the Wharf. Karena itu saya sangat menyarankan untuk short visit, tinggal lah di area yang benar-benar city center biar waktu mu gak habis di perjalanan.
  • Fjord Cruise ini penting banget masuk ke dalam itinerary kunjungan ke Norway. Gak cuma di Bregen sih sebetulnya, sepertinya di kota-kota lain pun ada. Karena pesisir laut Norway salah satu yang terpanjang di dunia.
  • Suasana Fjord Cruise akan sangat berbeda setiap musimnya. Antara winter, summer, spring dan autumn. Di winter, kita akan mengarungi laut di antara tebing-tebing tinggi yang ditutupi salju beserta rumah-rumah khas Norway. Asli lah berasa kayak lagi di dalam film Lord of The Rings.

NBlog11

  • Pilihannya udah tepat banget buat saya untuk ambil half day tour. Karena cuaca masih gak menentu, kapal pun putar balik dari rute yang seharusnya. Nah.. full day trip itu akan lebih jauh lagi (dan pasti makin indah lagi), cuma kebayang ya kalo cuacanya berangin luar biasa, mungkin kurang aman.
  • Pulang dari tour, saya kembali mengelilingi kota Bregen on foot. Ini adalah salah satu kota di Eropa yang saya sangat nikmati untuk berjalan kaki. Jarak di antara bangunan yang satu dengan yang lain seperti ada jeda, keseluruhan area seakan memberikan kesempatan buat kita untuk bernafas sambil mensyukuri apa yang kita lihat di depan mata. Penduduk lokal yang ramah, tata kota yang cantik dan aktivitas di sekitar banyak yang berkaitan dengan alam. Almost perfect.

Day 7 (Bregen – London)

  • Jam 10.35 – 14.35 adalah jadual penerbangan saya ke kota London. Seharusnya. Drama di mulai.. di sini.
  • Satu hal mengenai winter trip around Europe yang makin saya sadari adalah pertimbangan cuaca. Pagi jam 8 kurang saya sudah tiba di bandara dengan rasa ikhlas meninggalkan Bergen sedemikian singkatnya menuju London. Ya sudah, semangat baru, at least I’m gonna see London, pikir saya.
  • Tiba di bandara Bergen, kabut mengelilingi bandara, sempat-sempatnya tuh saya foto-foto karena ta’ pikir.. cakep euy airport berkabut tuh. Gak nyadar kalo kabut yang saya puji-puji itu ternyata bikin ujian kesabaran terpanjaaaaaang dan lamaaaa di sejarah penerbangan saya.
  • Penerbangan 10.35 dibatalkan. OK fine. Saya harus ambil bagasi yang sudah masuk untuk kemudian menunggu konfirmasi tiket baru. Selama 1 jam setengah menunggu, akhirnya saya dapet juga tuh jadual baru: Jam 15.40 menuju London. Yeayyy?? NOT
  • Jam 15.40 saya sudah bersiap diri di depan gate. Harap-harap cemas akutu. Jam di papan informasi menunjukkan pukul 15.45.. (ughh wtf). Daaaaan menit berikutnya: CANCELLED. ALLAHU AKBAR.
  • Saya kembali mengulangi proses pengambilan bagasi, lalu ikut antrian untuk tau nasib berikutnya bagaimana. Perlu diketahui, dalam kondisi seperti ini, semua jadual penerbangan jadi kacau. Efek dominonya sangat berasa. Pesawat yang mau landing pun diputar-putar dulu di atas, menyebabkan.. let’s say, walaupun cukup aman pada akhirnya untuk take off, YA GAK ADA PESAWATNYA. LOL sedih.
  • Akhirnya dengan segala drama, saya dapet tuh tiket terbang jam 18.20. Transit di Oslo, lalu terbang ke London. Meskipun pada akhirnya jam 19.00 baru take off itu pesawat. Tiba untuk transit di Oslo, lari-lari lah saya ke imigrasi. Karena pesawat berikutnya terbang jam 20.15. Sementara jam di hape menunjukkan waktu pukul 19.50. Imigrasinya pun jauuuuh.
  • “I’… I’m.. goin… (tersengal-sengal nafas).. to.. London“, kata saya ke petugas imigrasi Norway. ASLIK. Lari 7 menit menuju imigrasi itu melelahkan secara fisik dan psikis. Ya gimana.. takut ketinggalan pesawat dong. “Relax.. your plane will wait for you”, dia berusaha nenangin saya. And it worked! Nafas saya pelan-pelan beraturan. Mulai bisa senyum sambil mikir, “Oiya ya ini satu kode booking, mestinya kalo pesawat yg satu molor, yg nyambung ya ikutan”. Betul euy.. sampe di gate, yg tadinya orang udah rame ngantri, duduk lagi karena flight delayed.. 45 minutes. Antara hamdallah dan ya udah lah bisa ngaso dulu.
  • Singkatnya, yang seharusnya jam 2 siang sudah menikmati London, kenyataannya jam 12 malam baru tiba di hotel.
  • Lesson learned: Hati-hati kalo beli pesawat.. eh tiket pesawat maksudnya dengan kode booking ato pesawat yang beda. Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi. Selalu spare time lebih banyak antara flight yang satu ke yang lain.

Baiklah.

Itu lah itinerary 7 hari di Norway. Mengenai biaya-biayanya, saya akan share di postingan blog selanjutnya.

Advertisement

insightful traveling

Tanggal 28 Desember 2017 kemarin saya diajak ketemuan dengan para pejalan di kantor IWasHere Networks di bilangan Kuningan. Dengerin para pejalan itu cerita ini itu bikin kaki makin gatel buat ke mana-mana. Bahkan ke Indomaret dekat rumah pun jadi adventurous *insert emoticon girang*

IMG_9326(ini undangannya. saking semangat, coba liat.. tanggalnya aja udah setahun ke depan)

Sedikit background cerita, saya baru ngeh kalo harus bikin slide presentasi siang harinya di hari H. Tergopoh-gopoh lah merumuskan ide yang untungnya memang sudah ada di kepala. Perlu sedikit trigger aja dari the fower of kefefet.

Insightful Traveling terpilih sebagai tema dari jalan-jalan 2018 saya. Apaan tuh? Exactly. Suka ngarang emang.

Jadi Insightful Traveling ini pada dasarnya adalah perubahan cara berpikir mengenai bagaimana saya menyikapi jalan-jalan di 2018. Kalau ditanya mau ke mana tahun 2018? terlalu banyak keinginan ke sana kemari. Terlalu banyak tempat yang ingin saya kunjungi. Akhirnya saya memutuskan tahun 2018 itu bukan cuma masalah “kemana” tapi juga “ngapain di sana”. Gampangnya.. foto-foto pemandangan, udah.. selfie begini begono, kudu.. Apalagi dong? Nah.. insight traveling ini adalah challenge yang saya ajukan ke diri sendiri untuk meng-upgrade experience perjalanan. How?

Buat saya, dasar pemikiran dari Insight Traveling secara pribadi ada 3 hal:

  1. Experience over possesions
  2. Semua tempat itu unik
  3. Tidak perlu terlalu khawatir harus ke mana

Heu? Apaan? Ngarang lagi lu ya, Sya?

Gini..

Experience over possesions

Udah 2018. Saya pingin lebih kaya secara pengalaman. Gak perlu sok-sokan juga gak kepingin materi ini itu ya. Ini mah bahasan lain. Tapi artinya sesederhana, kalo duit di kantong untuk budget multi-purpose (di luar kebutuhan primer) cuma ada 3 juta, saya akan lebih pilih menghabiskannya untuk ke Banyuwangi dibandingkan beli sepatu baru. Gimana kalo punya 6 juta? Ya udah sih ke Banyuwangi pake sepatu baru. Beres.

Saya mau lapar dan kenyang akan pengalaman. Hal-hal baru. Cerita-cerita dan kenangan sebagai catatan saya pernah mengulik satu tempat. Pingin ngobrol santai dengan orang lokal, mau coba makan jangkrik di jogja, numpang tidur di rumah suku baduy, ato apapun yang sebelumnya gak kepikiran untuk dilakukan. Subjektif? Iya lah. Kan hal yang sudah ataupun ingin dilakukan, antara saya dan kamu bisa beda.

Semua tempat itu unik

Siapa di sini yang berani bilang Jakarta Barat sama Jakarta Selatan itu sama aja? Sama-sama Jakarta, gubernurnya sama, wakilnya sama, apanya yang beda? Pasti ada. Tarik lagi lebih spesifik, kelurahan Kelapa dua sama Kebon Jeruk aja pasti ada hal yang beda walaupun sama-sama di Kecamatan Kebon Jeruk. Taunya gimana? Jalan kaki, observasi, ngobrol dan mendengarkan.

Atas dasar pemikiran untuk lebih melek terhadap satu hal, saya kepingin 2018 ini insight yang saya dapatkan lebih tajam. Ketika kita melihat segala sesuatunya lebih detail, moga-moga rasa “ah ini mah basi – ah itu mah basi” bisa berkurang kalaupun ta’ bisa hilang.

Tidak perlu terlalu khawatir harus ke mana

Ada kalanya kita harus ke satu tempat berulang kali. Entah karena pekerjaan, mampunya ke situ aja ataupun emang saking sukanya sama tempat itu. Terus masa kita kudu mati gaya ketika ditanya orang “Eh gimana jalan-jalan lo ke Singapur?”, lantas kita jawab “Ya gitu-gitu aja sih. Tau sendiri kan lu Singapur. Bersih”. “Gimana Tokyo, bro?”.. “Ya gitu lah.. lagi dingin”. Titik.

Well, 2018.. saya pingin bisa kasih jawaban: “Gue kemarin ketemu expat dari Indo yang kerja di Tokyo udah 8 tahun. Dia cerita suka dukanya tinggal dan kerja di Tokyo.. $%$&^&^$%^%&^&^*&^*&*&*(*!!! … dan seterusnya”.

(Btw, obrolan sama expat ini belum sempat saya upload di Youtube.. tunggu yha)

Atau “Waahh gue akhirnya nyobain pisang yang kulitnya bisa dimakan di Tokyo”

Image-1

(nih berita tentang pisang mutant hasil bio reengineering orang-orang Jepang)

Jadi, 2018 gak perlu terlalu beban kudu ke mana. Kudu banget ke tempat baru. Kudu banget anti mainstream. Kalo emang harus ke Alfamart terus, just make sure kalo hari ini kita beli Chiki, besok beli Chitato. Kurang lebih begitu analoginya.

Terus kalo kenyataannya bisa ke tempat yang baru juga gimana?

Ya go for it lah, cuyyyy. Jangan dibikin terlalu ribet juga XD

=========================

OK balik lagi tentang gimana cara saya untuk jalanin konsep insight traveling?

  1. Walk on earth
  2. Observe
  3. Talk and Listen

Jangan terlalu harfiah amat jadi orang. Mentang-mentang dibilang Walk on Earth, lantas dari Jakarta ke Cirebon jalan kaki. Yang dimaksud adalah, saya akan lebih mencintai jalan kaki. Sadar gak sih banyak hal yang kemungkinan kita lewatkan ketika dari rumah ke Indomaret aja naik motor? Siapa tau ada iklan sedot WC metode baru di tiang listrik yang ternyata kita butuhkan, siapa tau ada mural baru di dinding deket kantor kelurahan yang bisa dipake buat bekgron selfie, siapa tau ada ibu-ibu lagi jemur pakaian yang demikian fotogenik. Jadi 2018 ini saya pingin lebih bersahabat dengan aspal. Halo kesandung polisi tidur, halo betis bengkak. Gpp. Worth it.

Image-1 (1)

(follow IG socialjunkee untuk dapet insight lebih dari kelurahan setempat)

Satu hal yang suka saya lakukan ketika jalan kaki adalah tengok kanan kiri (atas bawah depan belakang kadang-kadang). Satu tips penting adalah, lakukan senatural dan sewajar mungkin. Jangan kayak maling gitu loh maksudnya. Saya suka observasi hal-hal yang mungkin saya lewatkan ketika berkendara. Saya suka explore satu daerah yang notabene bukan area wisata for the sake of dapetin foto-foto lucu, nemu tempat buat selfie, ato pun coffee shop asik yang gak ada di radar trip advisor. Apapun tujuannya dan apapun yang didapatkan, gak masalah. Surprise me!

IMG_7826

(puas kalo dapet sesuatu yg instagrammable di tempat yang gak diduga)

Observasi ini gak melulu melalui pandangan mata tok. Kalo liat satu hal menarik, bisa kita manfaatin itu google untuk cari tau. Bisa juga tanya selebgram ato selebtwit, siapa tau instead of disuruh googling, malah dapet respon menarique. Dari observasi dasar, kita bisa cari tau lebih, coba liat sekeliling.. ada satpam gak gitu misalnya yang bisa diajak ngobrol ini itu. Nah di sinilah pentingnya you Talk and Listen. Mulai berani lah komunikasi ke orang asing. A simple hello with a smile would suffice to follow up the next interesting things. Beraniin diri aja. Sejelek-jeleknya respon orang palingan bilang “I don’t know” ato apa lah. Ingat juga untuk pake common sense, jangan orang yang keliatan lagi ribet sesuatu kita ganggu gugat. Tuhan nanti marah. Kalo udah berani mulai pembicaraan, penting rasanya untuk kasih pertanyaan yang tepat. Lalu dengarkan. Jangan malah kita curhat masalah keuangan kita 😦

Sekian sih bahasan kali ini.

Moga-moga manfaat yak buat yang baca. Jangan lupa di-like, komen dan subscribe. (Latihan jadi seleb Youtube). Good day!