They say don’t judge a book by its cover but I totally did when I first saw its appearance and I’m glad that I was right. Bukunya ringan, do-able, PLUS not a psychological babble. Saya pikir saya sedang tidak butuh tambahan hal berat di dunia selain angkat galon aqua setiap minggunya.
So what’s Happiness Project all about?
Selintas saya baca, Gretchen Rubin – sang penulis had this weird anxiety. Jangan salah, katanya.. dia ndak depresi atau apapun yang kita pikir adalah lawan kata dari Happiness. Dia punya keluarga, pekerjaan, teman dan turunannya -you name it yang secara kasat mata baik-baik aja. Dia cuma merasa bisa lebih bahagia dari apa yang dia rasakan sekarang. Kalau sekarang 70, potensi untuk mendapatkan 80 itu ada. So she did her research about happiness and finally came up with her methodology. Steps.
Dia buat langkah per langkah selama setahun dari Januari sampai Desember.
Kenapa begitu? Ya terserah dia dong. Jangan rese deh. Ini bukan sidang tesis.
Lalu saya mau ngapain?
Gak. saya gak mau kupas tuntas translate-in the whole book enak aja lu beli aja sendiri dan baca.
I wanna walk her talks.
Well I totally relate with what she wrote. In my case, saya merasa something’s missing. I did what I’ve done but it’s not enough. I wanna do more, experience more, get more results. Serakah? Kurang bersyukur? Bisa jadi. Bisa jadi kamu salah maksudnya. I wanna have purpose. And yes.. I need simple guidelines (selain Al-Quran dan Al-Hadits serta Al-Kultwit). There I said it.
Saya belum selesai baca. Niatnya, selesai satu chapter – praktek. Satu chapter lagi – praktek lagi. Lalu share di-blog. As a reminder. Buat bahan blog juga. Ya sedih kali punya domain blog yang berbayar tiap taun – terus dicorat coretnya cuma setelah bayar doang. Dih.
BOOST ENERGY
So, saya udah bilang dia itu bikin langkah selama satu tahun. Langkah yang dia lakukan dalam satu bulan. Lalu bulan berikut = langkah baru + repetisi apa yang dia sudah lakukan sebelumnya. Akumulasi.
Di chapter January-nya, yang menandakan langkah awal.. dia kasih judul Boost Energy. Isinya tentang kesadaran jiwanya kalau kebahagiaan itu didapatkan dari fisik yang sehat. Dia mulai disiplin untuk olah tubuhnya. Gak cuma disiplin jalan kaki atau lari dan olahraga lain selama paling enggak 20 menit tiap harinya, dia juga butuh istirahat cukup. Tidur lebih awal, bangun lebih awal.
It all makes sense.
Simple aja lah gak usah di-analisis kejauhan.. gimana mau bahagia kalau kita sakit-sakitan. So, yes.. saya setuju dan angguk-angguk kepala.
OK gaya hidup saya ndak totally healthy. Saya bilang banyak “dosa-dosa” yang saya lakukan ke tubuh.. dan masih. Saya masih merokok, masih suka begadang, makan sembarangan.. but that’s not an excuse to not start doing the right things. Bahasa pembenarannya: Ya daripada enggak sama sekali. Saya jadi ingat pernah ada satu sahabat yang bilang: “Iya, gue masih ngelakuin banyak dosa dalam hidup.. kesannya orang akan bilang percuma lo solat tapi masih ini itu.. Lah itu kan orang yang bilang.. bukan Tuhan”. Saya mengamini. Iya. terlalu banyak orang “menuhankan” dirinya.
So I’ll let my body judge me afterwards.
Kebetulan sebelum baca buku ini saya juga udah mulai sadar pentingnya jaga tubuh. Motivasi saya waktu itu sih simple. Jalan kaki (ato lari), liat sekeliling, foto-foto. Iya, kan saya suka poto-poto tuh buat bahan instagram. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Sewaktu jalan pagi, I see details that I’ve never put attention before. Saya lihat bapak-bapak yang suka duduk menghadap tembok dan membelakangi jalan hampir tiap paginya, saya liat pemilik kost yang menulis iklannya dengan: “Terima Kosant” (entahlah.. mungkin anak kost-nya bangsa semut semua), saya juga mulai perhatikan poster cara mengenali batu akik dengan berbagai warna dan guratannya – percis seperti poster pahlawan nasional di SD saya dulu. Dan hal-hal lainnya yang kadang bikin geleng-geleng, manggut-manggut ataupun senyum aja. It’s refreshing.
Dua malam belakangan ini saya sudah di tempat tidur dari jam 10.30 malam. Biasanya jam 12 ato jam 1 baru tidur. Sekarang saya mau coba rutinitas baru. Ya, jadi ingat. Kenapa saya mau coba walk her talk, salah satunya karena saya bosenan. Saya mau punya project aja yang impact-nya langsung ke hidup. Bosan dengan rutinitas tidur yang biasa, sekarang saya coba yang baru. Mungkin sesekali saya begadang.. so what. masa mau makan tempe melulu tiap hari. Kan ndak.
Oiya, Gretchen bilang kalo tidur itu sebaiknya seminim mungkin ada distraksi cahaya. Cahaya dari hape, cahaya dari jam weker digital, cahaya lampu standby tivi..
Salah satu hasil googling saya kenapa sebaiknya tidur itu dalam kondisi yang totally dark.. mmm.. saya copy paste aja ya:
“Exposure to light stimulates a nerve pathway from the eye to parts of the brain that control hormones, body temperature and other functions that play a role in making us feel sleepy or wide-awake.
Too much light, right before bedtime may prevent you from getting a good night’s sleep. In fact, one study recently found that exposure to unnatural light cycles may have real consequences for our health including increased risk for depression. Regulating exposure to light is an effective way to keep circadian rhythms in check”
sumber: https://sleepfoundation.org/sleep-news/lights-out-good-nights-sleep
Tuh baca deh tuh.. tidur dengan banyak exposure cahaya bisa bikin depresi.
Ya kecuali CAHAYA ILAHI.
[BERSAMBUNG..]