Tuntutlah ilmu sampai ke Singapore

My brother and I had a little fun trip together to Singapore.
He’s never been on a plane before, let alone Singapore.
So it was quite “amusing” seeing him having a new experience in his life.

Kekhawatiran berlebih
Saking khawatirnya karena dia baru pertama kali, sampe saya berlebihan monitoring-nya sebelum hari keberangkatan.
Never thought I would say this to anyone on whatsapp:
“Gak usah bawa jaket. Singapore panas.. kayak Indonesia”
atau balas pertanyaan dia
“Enggak, gak usah bawa handuk.. kan di hotel udah ada”

..

Obrolan saat nunggu pesawat take off di runway
[Pilot mengumumkan akan take off sekitar 10 menit lagi karena antrian pesawat]
Me: “Tuh liat terminal baru dibangun salah satunya karena ini, udah gak nampung lagi bandaranya.. Makanya pesawat kebanyakan antrian. Bikin delay”
Him: (setengah bisik-bisik) “Gue kira ini pesawat gak jalan-jalan karena lagi dipanasin”
Me: (muka wondering – ini dia lagi becanda ato apa ya – masa dipanasin, mobil kali)
Mungkin karena dia nangkep muka bingung saya,
dia lanjut bilang: “Serius..”. Masih setengah berbisik.

YA ROSUL.. GAK SANGGUP DAH NAHAN KETAWA

..

Seru.
Selain menjelaskan hal teknikal mulai dari cara masuk bandara, kenapa perlu scanning, check in itu apa, proses imigrasi,
saya anggap perjalanan ke Sing ini studi banding biar dia bisa liat perbedaan culture. Dia bisa observasi mengenai kedisiplinan, kebersihan, habit dan nilai-nilai yang perlu ditiru dan yang enggak.

..

Rasanya cukup berhasil.
Kemarin pas pulang ke rumah ortu, kamar dia sedikit lebih bersih.

..

Ya.. Kadang..
Pembelajaran itu mahal harganya

..

PhotoGrid_1407637776102[1]

Advertisement